
Bhikkhu Tejapunnyo yang saat ini menetap di Vihara Giri Vana Arama, Dusun Ampel Gading, Desa Wonosalam, Kec. Wonosalam, Kabupaten Jombang, adalah seorang Bhikku dari Sangha Theravada Indonesia yang sangat aktif melakukan pembinaan umat terutama untuk wilayah Jawa Timur dan sekitarnya.
Bhante Teja sekarang tengah merintis pembinaan umat Buddha di Jawa Timur melalui media TV dan beberapa radio Jawa Timur, di antaranya Dhamma TV, Radio Suara Kediri, Radio Suara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Prima Radio Surabaya, dan belakangan ini merintis kerjasama dengan Radio Bintang Tenggara Banyuwangi.
Mobilitas Bhante Teja sangat tinggi, berpindah dari kediri, Sidoarjo, Surabaya, Kediri, Banyuwangi, dan beberapa kota disekitar Jawa Timur lainnya. Hal ini dilakukannya setiap hari. Untuk menunjang aktifitasnya dalam menyebarkan Dhamma tentulah juga dibutuhkan biaya yang tak sedikit. Selain biaya untuk transportasi, di beberapa radio juga ada biaya yang harus dibayar untuk membeli jadwal siaran.
Semenjak bulan September 2015, Bhante mengadakan pembinaan di daerah Banyuwangi setiap awal minggu pertama setiap bulan selama 3 hari (bisa ceramah di beberapa Vihara di Banyuwangi). Di Banyuwangi sendiri terdapat lebih kurang 16 Vihara. Untuk transportasinya Bhante diantar naik mobil oleh seorang umat bernama Jen Wie yang bisa memakan waktu perjalanan 9 jam dari Surabaya. Bhante juga saat ini disela padatnya jadwal juga berusaha mengadakan pembinaan di kota Jember.
Demi eksistensi dan perkembangan Buddha Dhamma, sudah semestinya hal tersebut dapat segera diatasi. Oleh karena itu, kami membuka kesempatan kepada Bapak/Ibu/Sdra/i untuk dapat turut serta berdana sehingga kegiatan Bhante Teja yang mulia ini dapat terus berlanjut dan membawa manfaat bagi kita semua.
Untuk menjadi sponsor/berdana untuk siaran Dhamma anda dapat transfer ke rekening berikut:
BCA 2710915299 atas nama Soelastri/ Tejapunno , dengan memberi kode 1 dibelakangnya untuk mempermudah pengecekan, contoh : Rp. xxx.xx1,- .
Untuk mendengarkan Ceramah Bhante Tejjapunnyo dapat dilihat pada jadwal berikut ini:
- Mimbar ajaran Buddha diradio SWARA KEDIRI 93,5 FM setiap hari Selasa
- Setiap kamis di PRIMA RADIO, Surabaya 103,8 FM
- Sabtu dan minggu di RSPK SWARA SIDOARJO 100,9 FM
- Setiap minggu di Bintang Tenggara 95,6 FM Banyuwangi.
[box type=”info” fontsize=”14″ radius=”12″]
SEKILAS PROFIL BHANTE TEJAPUNNYO
Bhikkhu Tejapunnyo adalah putra asli Jawa Timur, tepatnya Blitar. Ia lahir dengan nama Dwiyanto pada tanggal 28 Oktober 1977 dari keluarga petani. Anak kedua dari empat bersaudara ini sudah mempunyai keinginan untuk menjadi bhikkhu sejak kecil, ketika melihat Bhikkhu Khemasarano melakukan pembinaan di Vihara Buddha Sasana, Blitar dan menyatakan keinginannya tersebut kepada kedua orangtuanya.
Setelah tamat SMA, Dwiyanto mengikuti program pabajja samanera di Vihara Dhammadipa Arama, Batu, Malang selama tiga bulan. Setelah selesai tiga bulan, ia kembali lagi ke kehidupan umat awam. Namun kehidupan sebagai umat awam membuatnya merasa tidak nyaman sehingga ia meminta izin kembali kepada orangtuanya untuk menjadi samanera tetap.
“Pada awalnya orangtua saya tidak mengizinkan, namun lama kelamaan hati orangtua saya luluh juga, namun pada waktu itu pendaftaran sudah telat jadi harus menunggu tahun depan. Sambil menunggu, saya bekerja di sebuah vihara di Jakarta dan bertemu dengan Bhante Abhisuryo,” ujarnya mengenang.
Setelah bertemu Bhante Abhisuryo, Dwiyanto ditawari untuk menjadi bhikkhu di Thailand. Setalah mendapat izin penuh dari orangtua, ia berangkat ke Thailand bersama dengan Sulano (sekarang Bhikkhu Sukito) dan ditahbiskan menjadi bhikkhu di Vihara Thung Pho, Isan, Provinsi Buriram, Thailand dengan Luangpo Leang Chandagammo sebagai upajjaya, Luangpo Ard Avuddhapannyo sebagai kammacariya, dan Achan Jirawat sebagai anusavacanacariya pada tanggal 10 Mei 1998 dengan nama Tejapunnyo. Setelah ditahbis menjadi bhikkhu, Bhante Tejapunnyo belajar menjadi bhikkhu hutan di Thailand selama empat tahun.
Pada tahun 2002, Bhikkhu Teja kembali ke Indonesia. “Suasana sangat berbeda saya rasakan setelah di Indonesia. Kalau di Thailand setiap hari aktivitas hanya untuk mengolah batin, bangun jam tiga pagi, setelah itu meditasi sampai jam enam. Jam enam sampai jam delapan melakukan pindapata, setelah itu makan. Selesai makan berlatih meditasi duduk, meditasi jalan, dan menghafalkan patimokkha. Pada sore hari bersih-bersih dan malamnya meditasi bersama dengan bimbingan guru sampai jam 10.
“Setelah itu kembali meditasi di kuti sampai jam satu dini hari. Jadi kita tidur hanya sekitar tiga jam sehari, makan juga hanya sekali, tapi itu cukup untuk menopang aktivitas sehari-hari. Namun kalau di Indonesia, selain melatih batin, kita juga harus melakukan pembinaan umat,” ujarnya.
Setelah kembali ke Indonesia, Bhante Teja melakukan pembinaan di berbagai daerah di Indonesia, di antaranya di Ciapus Bogor, Banjarmasin, Jakarta, Cilacap dan Malang, hingga tahun 2007 atas permintaan umat, Bhante Teja menetap di Surabaya.
“Saya menerima permintaan umat Surabaya dengan pertimbangan Surabaya itu kota besar dengan umat yang banyak, sementara tidak ada bhikkhu yang tinggal di Surabaya,” jelasnya.
Selama bertugas di Surabaya, Bhante Teja juga melakukan pembinaan di luar daerah Surabaya, seperti Madura, Sumenep, Pamekasan, dan Bangkalan. “Pada awalnya saya hanya ingin fokus mengurus umat di Surabaya, tapi kalau ada daerah lain yang minta dan masih ada waktu ya kita layani.”
Tahun 2011, atas permintaan Sangha, Bhante Teja melakukan vassa di Batam. Di Batam, Bhante Teja melakukan pembinaan rohani di lembaga permasyarakatan dan merintis pembinaan melalui radio.
“Selama ini pandangan orang luar agama Buddha itu negatif, yang tidak ber-Tuhan lah, yang menyembah berhala lah, dan lain-lain. Penyampaian Dhamma melalui media termasuk radio ini sangat penting untuk mengubah pandangan-pandangan negatif itu. Tujuannya bukan mengajak pendengar menjadi beragama Buddha, tapi lebih menyebarkan nilai-nilai universal Buddhisme, supaya menumbuhkan toleransi, dan apa pun agama bisa bekerja bersama-sama membangun Indonesia,” ujar Bhante.
Setelah melakukan tugas di Batam, Bhante Teja kembali lagi ke Jawa Timur dan menetap di Vihara Giri Vana Arama, Dusun Ampel Gading, Desa Wonosalam, Kec. Wonosalam, Kabupaten Jombang. Dari pengalaman di Batam, Bhante Teja merintis pembinaan umat Buddha di Jawa Timur melalui media TV dan beberapa radio Jawa Timur, di antaranya Dhamma TV, Radio Suara Kediri, Radio Suara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Prima Radio Surabaya, dan belakangan ini merintis kerjasama dengan Radio Bintang Tenggara Banyuwangi.
Sumber : buddhazine.com
[/box]

- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid
Komentar Anda
2 Comments
Di kota Sidoarjo ada Vihara Dharma Bhakti atau bolehlah disebut cetiya, tiap hari minggu selalu rutin melaksanakan puja bhakti. Setelah Romo almarhum tdk ada lagi yg memberikan Dhammadesana, memang berdiri tanpa dukungan majelis, tiap minggu juga baca paritta suci Theravada terkadang juga liam keng Mahayana. Bhante Teja juga pernah diundang utk membantu membina umat tapi msh blm ada jawaban. Apakah ada yg BERSEDIA membina TANPA MELIHAT dari majelis/kelompok aliran tertentu ???
glshlm
pink tea party hat why does my pandora bracelet keep tarnishing prada logo stripe leather sneakers simple spring wedding dress kobe bryant authentic jersey for sale moncler army jacket