
Sejak usia dini Ajahn Vayama sangat tertarik untuk memberikan bantuan dan dukungan bagi orang lain yang membutuhkan. Dia sering terlibat dalam pengumpulan dana bagi banyak organisasi amal, termasuk Palang Merah dan Dana Freedom From Hunger Fund (Freedom From Hunger Fund adalah nama salah satu organisasi amal).
Setelah menyelesaikan sekolah SMA, ia melanjutkan kuliah di University of Sydney jurusan pekerja sosial. Kasih sayang bagi orang lain yang menderita selalu memotivasi dia untuk bertindak. Ia mempelopori perlindungan perempuan pertama di pantai utara dari New South Wales. Melalui pengalamannya sebagai pekerja sosial, ia menyaksikan banyak penderitaan emosional dan fisik. Namun terlepas dari semua upaya yang dia lakukan, penderitaan tampaknya tak berujung. Pada saat itu, dia merasa hanya sedikit yang mampu ia lakukan untuk benar-benar membantu orang. Bahkan ketika bantuannya diterima dan digunakan dengan baik, sebagian besar orang-orang tersebut masih harus berusaha mempertahankan hidup mereka sendiri terhadap perubahan.
Pada usia 25 tahun, Ajahn Vayama melakukan perjalanan ke Sri Lanka, di mana pertama kali ia bertemu bhikkhu Buddhis pertamanya, Venerable Nyanaponika dan mulai membaca literatur Buddhis. Ini adalah titik balik baginya. Dia memutuskan untuk mengikuti ajaran Buddha Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Pada usia pertengahan dua puluhan ini, ayahnya mendadak meninggal dan tidak lama kemudian, ia juga mendengar kabar bahwa ibunya didiagnosa mengalami penyakit kanker payudara. Beruntung ibunya pulih dari serangan pertama kanker.
Setelah terinspirasi oleh karya Ibu /Mother Teresa, pada tahun 1980 Ajahn Vayama bekerja di Calcutta sebagai sukarelawan, membantu orang-orang yang menderita sakit dan miskin. Meskipun tujuannya sudah memenuhi satu tingkat lebih baik, Namun pada tingkat yang lebih tinggi, ia ingin terus mencari cara mengakhiri semua penderitaan yang ada dan juga gangguan/noda batin dalam dirinya.
Dia sangat tulus merawat orangtuanya, Ajahn Vayama adalah anak yang penuh kasih dan setia. Ketika penyakit kanker ibunya kambuh kembali pada tahun 1981, ia dengan cepat kembali dari Calcutta untuk memastikan dia ada di sana memberikan kenyamanan dan perawatan hingga ibunya meninggal.

Pada tahun 1982 ia menemukan Wat Buddha Dhamma – sebuah vihara di pinggiran Sydney. Vihara ini didirikan oleh Ayya Khema, seorang viharawati barat Theravada dari Jerman – guru Buddhis internasional terkenal yang memimpin banyak retret dan menulis beberapa buku Buddhis terkenal. Mendengar ajaran Buddha dari seorang guru wanita ini, Ajahn vayama berkomitmen untuk mengikuti Jalan Buddha lebih dalam lagi.
Pada tahun 1984 Ayya Khema mendirikan sebuah vihara untuk viharawati di Sri Lanka, dan mengundang Ajahn Vayama untuk bergabung dengannya di sana. Menyambut kesempatan ini, Ajahn vayama segera menjadi Anagarika di bawah bimbingan Ayya Khema, dan pada tahun 1985 ia ditahbiskan sebagai Silacarini (viharawati yang menjalankan Sepuluh Sila), dimana dia memberikan semua kekayaan materi dan harta untuk memasuki kehidupan viharawati tangan kosong (tanpa nikah, tanpa memiliki harta, uang, dll). Ajaran Buddha tampaknya menjawab semua pertanyaan penting yang telah dia cari sejak kecil : Apa hakikat dari penderitaan? Apa penyebabnya? Dan apakah ada cara untuk terbebas dari penderitaan?

Dia menghabiskan sepuluh tahun berikutnya tinggal di Sri Lanka. Selama dua tahun dia tinggal di Pulau Parappuduwa Nun di Dodanduwa, Sri Lanka, bersama-sama dengan gurunya, Ayya Khema, dan beberapa viharawati dan anagarika lainnya. Sisa waktu yang lain, digunakan hidup dengan seorang viharawati Sri Lanka lainnya di antara penduduk desa di Dodanduwa, Ambalangoda dan Dickwella.
Ada banyak kerusuhan politik di Sri Lanka pada waktu itu, dan karena para viharawati didukung oleh orang-orang dari kedua pihak yang berkonflik, dia menyaksikan bahwa penderitaan itu luas di antara semua orang yang berbagi cerita dengannya. Ini menegaskan bahwa ajaran Sang Buddha tentang akar penderitaan – yaitu keserakahan, kebencian dan kebodohan – berada dalam hati setiap orang; tidak ada yang dikecualikan.
Setelah meninggalkan Sri Lanka, dia menghabiskan satu tahun di Amaravati, Vihara Buddha di Inggris, dia tinggal di sebuah komunitas viharawati dan bhikkhu, di bawah bimbingan Ajahn Sumedho.
Pada tahun 1997 ia kembali ke Sydney, Australia untuk berpartisipasi dalam retret dan untuk sekali lagi, ia menetap di sini. Dalam hatinya, ia memegang visi jangka panjang yaitu membuat ajaran Buddha lebih tersedia bagi orang di Australia.
Mimpinya akan segera direalisasikan, ketika ia diundang oleh Ajahn Brahmavamso (pembimbing spiritual dari Buddhist Society of Western Australia dan kepala dari Vihara Bodhinyana di Serpentine) untuk meresmikan sebuah vihara khusus viharawati di Gidgegannup, Australia Barat, letaknya sekitar 45 menit apabila berkendara dari pusat kota Perth. Ajahn vayama tidak gentar terhadap tantangan. Dia melihat hal itu merupakan kesempatan baik dalam menciptakan kesempatan di mana wanita bisa datang dari seluruh dunia untuk melatih diri menjadi Viharawati Buddhis Theravada.

Pada lahan seluas 583 acres(satuan luas, 1 acre = 4046,86 m2 = 0,4 hektare) yang penuh semak belukar kasar, Ajahn vayama menghabiskan 2 tahun pertama tinggal sendirian di karavan kecil (bagian dari mobil yang digunakan sebagai tempat tinggal). Tanpa air yang mengalir, tanpa listrik, dia benar-benar tergantung pada kebaikan dan kemurahan hati dari dukungan umat awam yang setia, kebanyakan dari mereka adalah orang yang asing baginya di awal. Toilet nya berupa lubang di tanah, dan satu-satunya cara dia bisa menghubungi orang lain adalah untuk berjalan ke titik tertinggi di bangunan yang agak jauh dengan harapan menemukan sinyal di mana ponsel darurat nya mungkin bisa digunakan. Ada hari-hari ketika tidak seorang pun datang untuk berdana makanan, dan dia pun tidak makan. Pada waktu yang lain, ada kalanya dia merasa sangat dingin, atau sangat panas, dan tidak ada tempat baginya untuk melarikan diri ke tempat yang lebih nyaman.

Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan banyak hal-hal praktis untuk mengembangkan sebuah vihara pelatihan viharawati sepenuhnya. Sampai selesainya pondok para viharawati pada awal tahun 2001, umat pendukung memberikan persembahan dana makanan sehari-hari kepadanya di tenda kecil. Kemudian diganti dengan sebuah gudang taman yang kecil.
Ajahn Vayama dijelaskan hidup menyendiri di semak-semak belukar sebagai pelatihan diri, kadang-kadang tempatnya menakutkan, tetapi disitulah tempat yang paling menenangkan dan damai karena dia tinggal begitu dekat dengan alam. Dia merasa sangat terhubung ke tanah, pohon-pohon, binatang, batu, saluran air, burung dan kehidupan di sana.

Pada bulan Juli 2001 seorang wanita Australia dermawan dan merupakan praktisi jangka panjang, mencukur rambutnya dan menjadi Anagarika pertama di bawah bimbingan Ajahn Vayama. Setelah total pelatihan delapan sila selama dua tahun, ia memohon pentahbisan dan menjadi murid pertama yang mengambil Sepuluh Sila (Silacarini) dari Ajahn Vayama ini. Komunitas viharawati kemudian terus tumbuh, dengan wanita dari seluruh dunia membuat permohonan agar bisa datang dan tinggal di sana. Dengan akomodasi yang sangat terbatas dan jadwal Ajahn Vayama yang sibuk itu tidak memungkinkan semua orang yang berminat pada vihara untuk datang dan tinggal di sana. Diperlukan pertimbangan cermat mengenai keadaan kehidupan masyarakat, kondisi kesehatan, komitmen keluarga, kapasitas kerja, dan sejenisnya untuk memastikan bahwa para peminat dan vihara , keduanya dapat saling berada dalam situasi yang baik dan bermanfaat. Peminat harus memiliki kekuatan tubuh dan pikiran yang cukup untuk menghadapi tantangan dikarenakan kondisi lingkungan daerah vihara yang keras.
Ajahn Vayama memberikan ajaran harian dan juga jawaban atas pertanyaan Dhamma untuk semua pengunjung di vihara. Dia juga memberi kuliah umum di pusat kota Dhammaloka, memimpin retret akhir pekan di Safety Bay, memimpin kelompok pemuda, berpartisipasi dalam dialog lintas-agama dan seminar, menerima wawancara dari anggota media, dan menanggapi semua panggilan telepon dan surat yang meminta nasehat spiritual kepadanya.
Ajahn Vayama berperan penting dalam pertumbuhan dan pengakuan seluruh dunia untuk vihara Dhammasara khusus viharawati. Vihara ini adalah yang pertama kali ada di belahan bumi selatan – tempat di mana wanita dapat melatih untuk menjadi viharawati, hidup sesuai dengan Vinaya, dan sisanya sebagian besar melatih diri secara mandiri seperti bhikkhu.
Sebelum tahun 2009, penahbisan bhikkhuni itu tidak tersedia di Australia dan Ajahn Vayama tetap sebagai Silacarini (Viharawati yang mengambil Sepuluh Sila) dan bertekad untuk menjaga sila serta terus berlatih.
Namun ia terus melakukan upaya untuk memajukan Sangha wanita Buddhis. Meskipun belum diakui (sebagai Bhikkhuni), dia terus melatih diri menjalankan Vinaya Bhikkhuni, dan ia aktif dalam memberikan kontribusi terhadap dialog global tentang masa depan Viharawati Theravada .

Sebagai vihara yang terus tumbuh dan berkembang, tugas (seperti menghapus gulma atau penebangan pohon) yang dilarang untuk bhikkhuni dapat didelegasikan kepada para peserta latihan dan umat awam yang berdedikasi. Dengan dukungan yang terus berkembang, serta dorongan bagi wanita untuk mengambil penahbisan yang lebih tinggi(menjadi Bhikkhuni), pada tanggal 22 Oktober 2009, akhirnya terjadi perkumpulan dan kehadiran bersama untuk memungkinkan Ajahn Vayama mengambil penahbisan yang lebih tinggi dan menjadi anggota penuh dari Sangha, sebagai seorang Bhikhuni. Upacara penahbisan ini adalah kesempatan yang sangat menguntungkan karena terbentuknya kembali empat unsur pemeluk ajaran Buddha yang terdiri dari Bhikkhu dan Bhikkhuni, Upasaka dan Upasika di Australia Barat, dan secara resmi diangkat Bhikkhuni Buddhis Theravada untuk Sangha Buddhis. Kesempatan ini adalah pertama kalinya viharawati Theravada pernah diberikan penahbisan yang lebih tinggi di kampung halaman mereka di dunia barat.
Ajahn Vayama adalah guru yang berpengetahuan tinggi serta penasehat yang sangat peduli. Baginya, tujuan praktek Buddhis adalah untuk hidup sederhana, tanpa merugikan/menyakiti apapun dan merasa puas, bebas dari kemelekatan nafsu keinginan material dan fisik. Satu-satunya tujuan dan arah dalam hidupnya adalah menuju pertumbuhan spiritual. Mereka yang kenal dia tidak bisa membantu tetapi akan terinspirasi.

Cara hidupnya sangat disiplin, dan sewaktu-waktu keras, karena ia telah berusaha untuk hidup murni mungkin sesuai dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan yang ditetapkan oleh Sang Buddha 2.600 tahun yang lalu. Aturan yang tidak membolehkan Bhikkhu dan Bhikkhuni dari menerima dan menangani uang. Jadi mereka benar-benar tergantung pada umat awam untuk menyediakan semua makanan (mereka dilarang bercocok tanam untuk menghasilkan makanan mereka sendiri), pakaian, tempat tinggal dan obat-obatan. Sehingga hidup mereka tergantung pada kemurahan hati para umat awam dan sebagai ganti nya, mereka berbagi pengetahuan, bimbingan, kebijaksanaan dan wawasan yang diperoleh dari studi latihan penuh waktu dan praktek Dhamma, ajaran Buddha.
Bhikkhu dan Bhikkhuni tidak diizinkan untuk mengemudi kendaraan bermotor, minum alkohol, mengunjungi tempat-tempat hiburan, atau menggunakan apa saja untuk mempercantik tubuh seperti make-up, parfum atau perhiasan. Selain itu mereka dilarang menghabiskan waktu sendirian dengan anggota lawan jenis.
Banyak aturan yang dianggap sebagai hal yang membatasi bagi orang awam, namun Ajahn Vayama melihat aturan ini sebagai pedoman pelatihan yang ditawarkan oleh Sang Buddha untuk membantu menyederhanakan gaya hidup seseorang dan menjaga pikiran tenang, jelas dan terkendali. Mereka mendorong pikiran kita untuk melepaskan cara duniawi dan menemukan kedamaian dalam kesederhanaan.
Ajahn Vayama adalah kepala vihara dan pendiri Vihara Dhammasara khusus viharawati. Sebagai kepala vihara, dia sangat efisien dan pekerja keras. Selama 12 tahun ia adalah seorang perintis dalam Buddhis Society of Western Australia; dia adalah tulang punggung bagi vihara khusus viharawati.
Sayangnya, karena gangguan kesehatan mulai datang mengganggu kapasitasnya untuk memenuhi semua tugas-tugasnya, pada tahun 2011 dia tidak punya pilihan selain mengundurkan diri sebagai kepala vihara.
Bersama-sama dia dan Yang Mulia Venerable Bhikkhuni Seri (sebagai penjaga dan murid) sekarang berada di Patacara Bhikkhuni Hermitage, terletak sekitar 25 menit berkendara dari kota Perth.
Untuk kontribusi besar dia ke Buddha Sasana dan semua wanita dalam Buddhisme, Sadhu! Sadhu! Sadhu!
Sumber: http://patacarabhikkhunihermitage.com/ajahn-vayama/

- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid
Komentar Anda